PROFIL RHOMA IRAMA
Nama :RHOMA IRAMA
Sms Selebriti : ketik sms REG RHOMA, kirim ke 990
Lahir :Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Desember 1947
Agama :Islam
Pendidikan :
- SD, Manggarai, Jakarta
- SMP III, Manggarai, Jakarta
- SMA Negeri VIII, Jakarta (kelas II)
- SMA 17 Agustus, Jakarta
- Fakultas Sospol Universitas 17 Agustus, Jakarta (tingkat I)
Karir :
- Penyanyi (memperoleh 11 Golden Record), pencipta lagu, pemimpin dan pemain Soneta Group
- pemain film, sutradara, dan produser film. Album lagu-lagu ciptaannya antara lain: Ke Bina Ria (1974)
- Joget (1975)
- Gitar Tua Oma Irama (1977)
- Hak Azasi (1977)
- Rupiah (1978)
- Begadang (1975)
- Berkelana (1978). Filmnya antara lain: Oma Irama Penasaran (1976)
- Gitar Tua Oma Irama (1977)
- Rhoma Irama Raja Dangdut (1977)
- Darah Muda (1977)
- Berkelana (1978)
- Santai (1979)
- Perjuangan dan Doa (1980)
- Satria Bergitar
- Cinta Segitiga
- Camelia
- Pengorbanan
- Badai di Awal Bahagia
Sosok kharismatis yang akrab disapa sebagai Bang Haji ini lahir pada 11 Desember 1946 di Tasikmalaya. Putra dari pasangan Raden Burdah Anggawiya dan Tuti Juariah, dia adalah anak kedua dari empat belas bersaudara.
Terlahir dengan nama Irama, pemberian sang ayah yang kagum atas kelompok sandiwara Irama Baru yang pernah menghibur pasukan pimpinan beliau, dia sering dipanggil Oma sedari kecil, dan saat digabungkan dengan gelar Raden dan Haji yang dimilikinya, jadilah nama panggungnya yang dikenal semua kalangan, R. H. Oma Irama, alias Rhoma Irama.
Sedari kecil, Rhoma sudah menunjukkan musikalitas yang luar biasa. Dia suka melantunkan lagu "No Other Love" kesukaan ibunya. Bahkan konon sewaktu dia masih bersekolah di Tasikmalaya, satu kelas menjadi kosong karena pindah ke kelas lain untuk menyaksikan Rhoma beraksi menyanyi. Bakat musiknya sedikit banyak merupakan warisan dari Ayahnya yang mahir bermain suling dan menyanyikan lagu-lagu Cianjuran. Pamannya, Arifin Ganda, juga turut andil dalam memupuknya dengan memperkenalkan lagu-lagu Jepang saat Rhoma masih kecil.
Bersama Soneta Group, Rhoma sukses merombak citra musik dangdut (orkes melayu), yang tadinya dianggap musik pinggiran menjadi musik yang layak bersaing dengan jenis-jenis musik lainnya. Keseluruhan aspek pertunjukan orkes melayu dirombaknya, mulai dari penggunaan instrumen akustik yang digantinya dengan alat musik elektronik modern, pengeras suara TOA 100 Watt yang diganti dengan sound system stereo berkapasitas 100.000 Watt, pencahayaan dengan petromaks atau lampu pompa digantinya dengan lighting system dengan puluhan ribu Watt, begitu juga dengan koreografi serta penampilan yang lebih enerjik dan dinamis di atas panggung. Kesuksesannya bersama Soneta untuk merevolusi orkes melayu menjadi dangdut itulah yang menyebabkan seorang sosiolog Jepang, Mr. Tanaka, menyatakan Rhoma sebagai "Founder of Dangdut".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar